Minggu, 15 Juni 2014

KISAH QOBIL & HABIL



Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb seru sekalian alam." “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Qs. Al Maidah 27 – 31)

Dalam artikel ini, penulis mencoba meringkas pokok-pokok kisah dari dua orang anak Nabi Adam yang terdapat dalam Kitab Qashashul Anbiya' yang ditulis seorang Ulama, yaitu Al Hafidz Ibnu Katsir. Sumbernya disandarkan kepada atsar sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Ibnu Ma'sud r.a, yang disebutkan oleh as Suddiy.

Al kisah, bahwasannya Adam dan istrinya Hawa dikaruniakan Allah keturunan yang banyak, sedangkan pada setiap kelahirannya dalam keadaan kembar seorang lelaki dan seorang perempuan. Anak tertua Adam adalah Qobil beserta saudara perempuannya, sedangkan Habil dan saudara perempuannya adalah keturunan berikutnya.

Telah disyariatkan Allah saat itu bahwa dalam pernikahan anak – anak Adam agar masing-masing dipasangkan dengan saudara lainnya secara berselang-seling. Maka Qobil dipasangkan kepada saudara perempuannya Habil. Begitupun Habil, ia dipasangkan kepada saudara perempuannya Qabil yang ternyata lebih cantik rupanya. Hal inilah yang menjadi pemicu rasa dengkinya Qobil terhadap saudaranya Habil. Maka iblispun mulai menjalankan perannya dengan menghasut nafsu Qobil untuk membangkang terrhadap ketetapan Syariat Allah melalui Nabinya.  Maka Adam memerintahkan kedua anak lelakinya tersebut untuk berkurban dengan harta mereka, sebagai permohonan kepada Allah.Adam kemudian berangkat ke Makkah untukmelaksanakan ibadah Haji, lalu berpesan kepada Qobil untuk menjaga keluarganya.
Qobil lalu mengurbankan hasil pertaniannya yang kualitasnya buruk (menunjukkan kebakhilannya). Sedangkan Habil dengan keikhlasan dan taqwanya menyerahkan hewan ternaknya yang terbaik. Sudah barang tentu, Allah hanya menerima ibadah hambaNya yang dilandasi keikhlasan dan ketaqwaan.
Maka Qobil pun murka seraya berkata : “Sungguh aku akan membunuhmu, sehingga engkau tidak dapat menikahi saudara perempuanku”. Habil menjawab : “Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertaqwa”. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin 'Amr dikatakan bawa : “Demi Allah, yang terbunuh (Habil) adalah lebih kuat (dari Qobil), namun rasa takut akan dosa menghalanginya untuk membunuh (Qobil)”.

Akhlaq Mulia dari Habil
Keengganan Habil untuk membalas keburukan saudaranya dengan keburukan lainnya menunjukkan akhlaq yang sungguh mulia dari seorang yang beriman, berilmu, takut kepada RabbNya. Rasulullah SAW, bersabda : “Jika dua muslim berhadapan dengan kedua pedang mereka masing-masing, maka yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kalau yang membunuh (memang pantas ke neraka), lalu bagaimana mungkin yang terbunuh (juga masuk neraka)”. Beliau SAW menjawab : “Sebab ia (yang terbunuh) juga berusaha membunuh lawannya”. (HR. Bukhari – Muslim)

Allah nyatakan : “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maksudnya, aku membiarkan keinginanmu untuk membunuhku, meskipun aku lebih kuat dan perkasa darimu. Sebab engkau telah bersikeras untuk itu. Engkau akan kembali dengan membawa dosa akibat membunuhku dan dosa-dosamu sebelumnya. Pendapat ini diungkapkan oleh Mujahid,  as Suddiy, Ibnu Jarir dan lainnya. Maka maknanya bukanlahdosa orang yang terbunuh berpindah kepada si pembunuh.
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Rabbmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."(Qs. Al An'am : 164)

Maka sikap dan akhlaq Habil ini dapat kita saksikan pada seorang sahabat Rasulullah SAW, yaitu Khalifah Usman Ibnu Affan ra., ketika ia ikhlash menerima ketetapan Allah berupa kematian. Meskipun ia sebenarnya mampu untuk melawan kedzaliman saudara-saudara muslimnya terhasung ajakan Iblis la'natullah,lalu mengikuti jejak kedengkian Qobilsehingga tega membunuh saudaranya tanpa alasan yang benar.


0 komentar:

Posting Komentar