Peresmian Ma'had eL Islamiy

Ustadz Muhammad Bardan Kindarto menyerahkan SK Mudir Ma'had kepada Ustadz Noviandi dalam acara Pembukaan Ma'had, pada hari Sabtu, tanggal 1 Muharam 1433 / 26 November 2011

Ustadz Muhammad Bardan Kindarto (Pembina)

Didampingi Ustadz Wahadi (Ketua Umum) pada Pembukaan Ma'had eL Islamiy " 'Aqu-lu eL Muqoffa", Sabtu 1 Muharam 1433 H

Para Santri pada acara pembukaan

Pembukaan Ma'had el Islamiy " 'Aqu-lu el Muqoffa" pada Hari Sabtu, tanggal 1 Muharram 1433 H di Auditorium Yayasan AKUIS Pusat

Hari Pertama didalam kelas

Santriwan yang sedang konsentrasi mendengar pengarahan hari pertama mereka didalam kelas

Pembukaan dan Peresmian Ma'had

Sabtu, 1 Muharam 1433 / 26 November 2012 di Gedung Auditorium Yayasan AKUIS Pusat diresmikan Ma'had eL Islamiy " 'Aqu-lu eL Muqoffa

Gedung Ma'had yang tampak kokoh

Gedung Ma'had dalam komplek Yayasan AKUIS Pusat yang terletak dipinggir Jalan Raya Palembang-Betung Km.14 dari Palembang

MASJID eL MUQOFFA

Masjid eL Muqoffa dengan dua lantai yang senantiasa dipenuhi dengan aktifitas ibadah, sholat berjama'ah, kuliah subuh, aktifitas santri dan lainnya.

GEDUNG MA'HAD

Gedung Ma'had dengan dua lantai sebagai wadah aktifitas belajar dan mengajar.

Minggu, 15 Juni 2014

KISAH QOBIL & HABIL



Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya mempersembahkan kurban, maka diterima dari salah seorang dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain (Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari orang-orang yang bertakwa." "Sungguh kalau kamu menggerakkan tanganmu kepadaku untuk membunuhku, aku sekali-kali tidak akan menggerakkan tanganku kepadamu untuk membunuhmu. Sesungguhnya aku takut kepada Allah, Rabb seru sekalian alam." “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maka hawa nafsu Qabil menjadikannya menganggap mudah membunuh saudaranya, sebab itu dibunuhnyalah, maka jadilah ia seorang diantara orang-orang yang merugi.
Kemudian Allah menyuruh seekor burung gagak menggali-gali di bumi untuk memperlihatkan kepadanya (Qabil) bagaimana seharusnya menguburkan mayat saudaranya. Berkata Qabil: "Aduhai celaka aku, mengapa aku tidak mampu berbuat seperti burung gagak ini, lalu aku dapat menguburkan mayat saudaraku ini?" Karena itu jadilah dia seorang diantara orang-orang yang menyesal. (Qs. Al Maidah 27 – 31)

Dalam artikel ini, penulis mencoba meringkas pokok-pokok kisah dari dua orang anak Nabi Adam yang terdapat dalam Kitab Qashashul Anbiya' yang ditulis seorang Ulama, yaitu Al Hafidz Ibnu Katsir. Sumbernya disandarkan kepada atsar sahabat Nabi Muhammad SAW, yaitu Ibnu Ma'sud r.a, yang disebutkan oleh as Suddiy.

Al kisah, bahwasannya Adam dan istrinya Hawa dikaruniakan Allah keturunan yang banyak, sedangkan pada setiap kelahirannya dalam keadaan kembar seorang lelaki dan seorang perempuan. Anak tertua Adam adalah Qobil beserta saudara perempuannya, sedangkan Habil dan saudara perempuannya adalah keturunan berikutnya.

Telah disyariatkan Allah saat itu bahwa dalam pernikahan anak – anak Adam agar masing-masing dipasangkan dengan saudara lainnya secara berselang-seling. Maka Qobil dipasangkan kepada saudara perempuannya Habil. Begitupun Habil, ia dipasangkan kepada saudara perempuannya Qabil yang ternyata lebih cantik rupanya. Hal inilah yang menjadi pemicu rasa dengkinya Qobil terhadap saudaranya Habil. Maka iblispun mulai menjalankan perannya dengan menghasut nafsu Qobil untuk membangkang terrhadap ketetapan Syariat Allah melalui Nabinya.  Maka Adam memerintahkan kedua anak lelakinya tersebut untuk berkurban dengan harta mereka, sebagai permohonan kepada Allah.Adam kemudian berangkat ke Makkah untukmelaksanakan ibadah Haji, lalu berpesan kepada Qobil untuk menjaga keluarganya.
Qobil lalu mengurbankan hasil pertaniannya yang kualitasnya buruk (menunjukkan kebakhilannya). Sedangkan Habil dengan keikhlasan dan taqwanya menyerahkan hewan ternaknya yang terbaik. Sudah barang tentu, Allah hanya menerima ibadah hambaNya yang dilandasi keikhlasan dan ketaqwaan.
Maka Qobil pun murka seraya berkata : “Sungguh aku akan membunuhmu, sehingga engkau tidak dapat menikahi saudara perempuanku”. Habil menjawab : “Allah hanya menerima kurban dari orang-orang bertaqwa”. Dalam riwayat lain dari Ibnu Abbas dan Abdullah bin 'Amr dikatakan bawa : “Demi Allah, yang terbunuh (Habil) adalah lebih kuat (dari Qobil), namun rasa takut akan dosa menghalanginya untuk membunuh (Qobil)”.

Akhlaq Mulia dari Habil
Keengganan Habil untuk membalas keburukan saudaranya dengan keburukan lainnya menunjukkan akhlaq yang sungguh mulia dari seorang yang beriman, berilmu, takut kepada RabbNya. Rasulullah SAW, bersabda : “Jika dua muslim berhadapan dengan kedua pedang mereka masing-masing, maka yang membunuh dan yang terbunuh masuk neraka”. Para sahabat bertanya : “Wahai Rasulullah, kalau yang membunuh (memang pantas ke neraka), lalu bagaimana mungkin yang terbunuh (juga masuk neraka)”. Beliau SAW menjawab : “Sebab ia (yang terbunuh) juga berusaha membunuh lawannya”. (HR. Bukhari – Muslim)

Allah nyatakan : “Sesungguhnya aku ingin agar kamu kembali dengan (membawa) dosa (membunuh)ku dan dosamu sendiri, maka kamu akan menjadi penghuni neraka, dan yang demikian itulah pembalasan bagi orang-orang yang zalim."
Maksudnya, aku membiarkan keinginanmu untuk membunuhku, meskipun aku lebih kuat dan perkasa darimu. Sebab engkau telah bersikeras untuk itu. Engkau akan kembali dengan membawa dosa akibat membunuhku dan dosa-dosamu sebelumnya. Pendapat ini diungkapkan oleh Mujahid,  as Suddiy, Ibnu Jarir dan lainnya. Maka maknanya bukanlahdosa orang yang terbunuh berpindah kepada si pembunuh.
Katakanlah: "Apakah aku akan mencari Rabb selain Allah, padahal Dia adalah Rabb bagi segala sesuatu. Dan tidaklah seorang membuat dosa melainkan kemudharatannya kembali kepada dirinya sendiri; dan seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Kemudian kepada Rabbmulah kamu kembali, dan akan diberitakan-Nya kepadamu apa yang kamu perselisihkan."(Qs. Al An'am : 164)

Maka sikap dan akhlaq Habil ini dapat kita saksikan pada seorang sahabat Rasulullah SAW, yaitu Khalifah Usman Ibnu Affan ra., ketika ia ikhlash menerima ketetapan Allah berupa kematian. Meskipun ia sebenarnya mampu untuk melawan kedzaliman saudara-saudara muslimnya terhasung ajakan Iblis la'natullah,lalu mengikuti jejak kedengkian Qobilsehingga tega membunuh saudaranya tanpa alasan yang benar.


Ringkasan Khutbah Jum'at : Al-Hikmah

Sebagai hamba Allah yang telah mendapatkan “Nur Islam”dituntut kesadarannya untuk senantiasa berupaya melakukan “amalan intiqod”(mawas diri)[qa18s59=al hasyr],kemudian memperhatikan suara nuraninya dalam menerima seruan Kebenaran dari Allah dan RasulNya[qa24s8=al anfal].Karena Allah memberikan peringatan besar kepada hamba-hambaNya yang mendambakan kemudahan dalam menepati petunjuk Islam sebagaimana difirmankanNya dalam Surah Al Baqarah268-269, sebagai berikut:

“Syaithon itu menjanjikan kepadamu kefakiran dan memerintah kamu dengan perbuatan fakhsya',dan sedangkan Allah menjanjikan kepada kamu ampunan dan kurnia dariNya.Dan Allah itu Maha Luas Maha Mengetahui”;”Dia memberikan al Hikmah kepada siapa yang Dia Kehendaki, dan padahal barang siapa yang diberi Hikmah maka sungguh berarti dianugerahi kebaikan yang banyak. Dan tiadalah akan mengingat akan hal tersebut melainkan mereka yang mempunyai albab”.-

Bahwa sesungguhnya Allah memberikan “penyadaran untuk peningkatan” kepada hamba-hambaNya yang telah mendapatkan Nur Islam ,dengan tujuan agar dapat lebih memahami kepada arti hidup.Karena itu ayat-ayat tersebut memberikan petunjuk yang sangat penting dan wajib dirasakan secara penuh kesadaran, antara lain adalah:
01. Bahwa “Syaithon” yang bersarang didalam nafsu manusia[qa118s4=an nisa]akan senantiasa membuat  seseorang menjadi “faqir(sangat mendambakan) terhadap harta”sehingga berakibat enggan membelanjakan hartanya untuk menepati perintah Ad-Din, dan bahkan dengan sadar dan dengan berbagai alasan berupaya untuk menghindarinya.[qa6-8s100=al'adiyat].-

02. Bahwa sesungguhnya Allah Yang Maha Luas dan Maha Mengetahui telah memaparkan melalui perumpamaan secara sangat sempurna bagi yang senantiasa berinfaq dengan hartanya untuk kepentingan Ad-Din[qa261s2=al baqarah].-
03. Bahwa Allah menetapkan  keberadaan Al Hikmah,yaitu berupa kecerdasan, kecakapan, kecepatan, dan ketepatan dalam menanggapi berbagai permasalahan keummatan hanya dikhususkan kepada hamba-hambaNya yang senantiasa menerima Al Qur-an[qa164s3=ali imron], kemudian senantiasa mengikuti dan memusatkan diri dalam majlis ilmu[qa18s39=az zumar] yang melaksanakan proses tadabbur al Qur-an[qa24s47=muhammad];Hal tersebut hanya dapat dimengerti dan difaham oleh hamba-hamba Allah yang keberadaan Lubb-nya bersih dari berbagai kotoran bathin.-

Dengan analisa sebagaimana tersebut maka akan dapat dirasakan oleh tiap individu yang telah menerima Nur Islam[qa22s39=az zumar],betapa Allah akan senantiasa memberikan kemudahan, karena hal tersebut telah dinyatakanNya melalui  Al Hadits Qudsiy.[HQ.Sh.riw.Al Bukhori,dari Abi Hurairoh].-
Adapun sebenarnya, bagi barang siapa yang memperoleh apa yang disebut “Hikmatun balighoh”(ketajaman faktor IQ & EQ)[qa5s54= al qomar] akan senantiasa bersikap tegas dalam Kebenaran dan tidak mudah terpengaruh oleh berbagai bentuk jebakan imperialisme kapitalisme melalui jalan apapun.-
Memang sesungguhnya Allah hanya memberikan al Hikmah kepada hambaNya yang senantiasa bertadabur Al Qur-an dan menjadikan al Qur-an sebagai imamnya dalam seluruh perilaku menegakkan Kebenaran Dinullah ditengah ummat,seperti dibuktikan melalui firmanNya dalam Surah Al Isra' 45, yaitu :
“Dan(ketahuilah)! Manakala kamu baca Al Qur-an,Kami jadikan antaramu dan antara orang-orang yang tidak beriman dengan Hari Akherat terjadi dinding pembatas yang tidak dapat ditembus”.-


USTADZ WAHADI (Ketua Umum YAP)


“Dalam hidup berjama'ah dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain, sangat dibutuhkan sikap rendah hati dan terus bemusyawarah dalam memutuskan sesuatu”

        Alhamdulillah setelah pada edisi yang lalu tim redaksi telah membahas lebih dekat salah satu pengurus Yayasan AKUIS Pusat, maka pada edisi ini kami ingin mengenalkan lebih dekat  sosok ustadz Wahadi yang menjadi ketua Yayasan AKUIS Pusat.
Tim redaksi sengaja meminta waktu luang kepada Pak Wahadi, panggilan akrab beliau, untuk menanyakan sedikit pengalaman dan lika-liku hidup beliau selama perjalanan dan  sebagai pengurus YAP.

Berawal dari seorang pengurus masjid, yang masih minim ilmu-ilmu Islam karna kekurangan itu, menimbulkan ketertarikan pada kegiatan Islam dan senang berdiskusi kepada kiai-kiai. Lalu pada  awal 1993 pak Wahadi diajak oleh Alm Pak Asnawi, guru mengaji anak-anak beliau,  untuk mengikuti pengajian di Lemabang, dan pak Asnawi sudah terlebih dahulu menjadi jama'ah AKUIS sewaktu masih di Palembang. Awal pengajian di Lemabang hari Rabu malam Kamis dan hari Ahad di Sukajadi. Dan pengajian malam Kamis mulai dipindahkan ke Yayasan AKUIS Pusat yang menjadi agenda kajian kaderisasi. Semenjak itu Alhamdulillah beliau aktif di YAP ini sampai sekarang.

Sebelum mengikuti pengajian tadabbur al Qur-an di YAP ini, pak wahadi hanya memahami bahwa islam itu hanya menunaikan Lima rukun Islam, tetapi setelah dikaji ternyata membutuhkan langkah-langkah perjalanan menuju tegaknya daulah Islam, serta kehidupan berjama’ah yang diajarkan serta ditunjukkan langsung oleh pembina atas dasar Qur’an dan Sunnah menginspirasikan kepada beliau betapa indahnya seorang pribadi Muslim.

Ketika ditanya bagaimana sikap sebagai ketua YAP dengan yayasan ini sendiri, bapak dari empat anak ini mengutarakan, ”Sebagai ketua saya merasa berat atas amanah yang diberikan dengan batas kemampuan yang masih minim. Tetapi karena itu telah diamanahkan kepada saya, saya meyakinkan diri karena masih ada Pembina dan ikhwan-ikhwan yang lain untuk saling menopang dalam perjalanan Islam dan tetap dengan niatan hanya untuk mencari ridla Allah. Dalam hidup berjama'ah dengan latar belakang yang berbeda satu sama lain, sangat dibutuhkan sikap rendah hati dan terus bemusyawarah dalam memutuskan sesuatu.”.


Sebagai yayasan yang mengutamakan pendidikan dan dakwah, beliau menjelaskan bahwa pola yang harus dijalankan harus sesuai panduan Al Qur-an, yaitu memahami bahwa dakwah adalah kewajiban tiap individu bukan perintah siapa pun termasuk yayasan. YAP bukan Yayasan birokrasi yang membatasi pergerakan dan pengembangan tiap individu, tetapi yayasan yang terus mendorong setiap orang yang mempelajari Al Qur-an untuk terus mendakwakan Dinullah di Bumi Allah ini.


Profil 
Nama : Wahadi
Istri : Siti Mu’amalah
Alamat : Jl. Rajawali 2 Lrg. Melati 3 No. 1837 Sekip ujung, Palembang, Telp. 0711-811195











BADMINTON DI AKUIS



Gedung auditorium yayasan AKUIS pusat selain digunakan sebagai pusat kajian, juga dimanfaatkan sebagai sarana olahraga badminton. Olahraga ini dikoordinir oleh Bpk. Subarjo dan Bpk. Nyono, dibuka untuk seluruh jama’ah, bagi yang ingin dan menyukai olahraga ini silahkan datang pada hari selasa malam pukul 08.00 tiap pekan. 


Rabu, 11 Juni 2014

TANYA JAWAB SEPUTAR AKUIS

Berikut ini kami angkat diantara beberapa pertanyaan yang kerap muncul mengenai program  yang digelar oleh Yayasan Pendidikan dan Dakwah "AKUIS". Dengan harapan mudah-mudahan ikhwan sekalian semakin mengerti dan memahami perjalanan Islam masa mendatang dengan "al-jama'ah" yang dibangun bersama Yayasan AKUIS.




Mengapa Yayasan AKUIS tidak mengajukan proposal kepada pemerintah atau saudara muslim lainnya dalam menjalan misi dakwah dan pendidikan padahal banyak peluang dalam mendapatkan bantuan ?
       Jawab : AKUIS merupakan nama dari wadah kehidupan berjamaah yang dibangun atas dasar petunjuk Qs.3:104 untuk mengemban amanah kehidupan berjamaah mengangkat bobot Islam kepermukaan pandangan umat manusia. Keberadaan wadah ini didalam legal hukum pemerintah kita adalah sebuah Yayasan yang mesti ada pengurus namun tidak ada anggota tertentu, tapi keberadaan jamaah yang tidak ada batasannya. Selanjutnya dalam menjalankan kehidupan berjamaah dibangun dengan  pondasi keimanan dengan  “tadabbur” Qur-an sehingga amal shalih yang dibangun dengan program-program Yayasan akan sesuai, sejalan atau tidak bertentangan Quran dan Sunah Rasul. Setiap pribadi baik pengurus ataupun jamaah keselurunnya berpacu dengan “ketaqwaan kepada Allah SWT” dimulai dari kewajiaban tadabbur qur-an/aktivitas majelis ilmu dengan jadwal-jadwal kajian, ketaatan/kedisiplinan dalam amanah dan pengorbanan dengan hartanya sebagai infaq li i’la kalimatillah sebagaimana Qs.64.16 At Taghabun. Dan batasan nilai dari Allah hanya yang dibangun atas dasar taqwa sebagaimana diatas dan Allah SWT mengingatkan dalam Qs.9 :107-108 At Taubah.-

Kalau demikian  dakwah dan pendidikan sebagai program utama akan berjalan lambat karena hanya bersumber  kepada kesediaan pengurus dan jamaahnya saja, tidak seperti yayasan/organisasi Islam lainnya.
       Jawab : Keberhasilan itu adalah kemenangan yaitu ketika kita mau dan mampu melaksanakan amalan shalih sesuai Qur-an dan Sunah Rasul, bukan orientasi hasil yang hanya ditinjau secara kasat mata. Cepat atau lambat, sedikit atau banyak sama sekali bukan menjadi ukuran. Sunatullah atas manusia dalam menerima dan menjalankan kebernaran sudah Allah ingatkan dalam Qs.2:249  ... orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Allah, berkata: Berapa banyak terjadi golongan yang sedikit dapat mengalahkan golongan yang banyak dengan izin Allah. dan Allah beserta orang-orang yang sabar.” -

Sejak tiga tahun yang lalu pendidikan di Yayasan AKUIS tidak lagi mengikuti program pendidikan seperti sekolah umumnya, MTs dan MA dibubarkan diganti dengan Pesantren saja. Apakah yakin dengan progam pendidikan seperti itu?
       Jawab : Pendidikan yang dimaksud dalam Yayasan AKUIS merupakan program kaderisasi generasi Islam masa mendatang, sebagai penerus, pelangsung dan penyempurna. Oleh karena itu justru dengan kita membangun program pendidikan yang spesifik Insya Allah kita akan menuju sasaran itu. Pesantren dengan nama Ma’had eL Islamy ‘Aqu-lu eL Muqoffa merupakan cita-cita awal dalam yayasan ini, namun dalam memantau jamaah dan masyarakat pada masa awal dulu kita mulai dengan Mts. dan MA. Setelah jamaah mampu dan mau mengangkat amanah generasi dengan lebih spesifik menuju sasaran maka kita kembangkan dengan kemandirian program dan kurikulum yang kompleks yang memuat 44 mata pelajaran dan masa waktu belajar 13 tahun. Dimulai dari usia 12 tahun atau usia tamatan SD, dengan masa belajar 6 tahun, masa Pembinaan Intelektual 4 tahun, dan masa Bhakti 3 tahun. Bahkan kedepan nanti kita lengkapi dengan “Tarbiyatul Awaliyah” untuk generasi usai anak-anak setingkat SD, tahun pelajaran 1436 H ini, insya Allah akan segera dimulai karena pembangunan gedungnya sebelum bulan Ramadlan ditargetkan selesai.

Apakah tamatan pesantren itu kelak hanya menciptakan dai atau mubaligh saja, apalagi mengingat tidak adanya ijazah formal bagi mereka?
       Jawab : Generasi yang dibina adalah santri yang notabene anak dari orang tua yang telah mengerti maksud dan tujuan pesantren. Pendidikan dengan kurikulum yang spesifik justru lebih lengkap dan mumpuni dari kurikulum biasanya, secara keilmuan baik pada segi ad dinul Islam maupun ilmu-ilmu eksak. bahkan insya’ Allah akan kita lengkapi dengan laboraturium yang kedepan akan dapat memuncukan karya-karya ilmiah. Kemandirian sebagai generasi dengan bekalan keilmuan yang mumpuni akan melahirkan sosok pemimpin masa mendatang yang dirindukan umat, bukan sekedar generasi yang lahir dengan ijazah dan mengaharap pekerjaan kepada manusia untuk penghidupannya.-


Sya'ban 1435 H
Pengurus Pusat 
Yayasan Pendidikan dan Dakwah "AKUIS"

Ustadz Muhammad Munawar



Yayasan Akuis Pusat saat ini sedang melaksanakan dan merealisasikan program-program pembangunan gedung sarana yang menopang perjalanan dakwah dan pendidikan. Oleh sebab itu pada rubrik ini penulis ingin mengungkap sosok yang mengkoordinir program pembangunan di YAP.
Kami tim redaksi sengaja bersilaturahim ke kediaman salah satu jama’ah yang berdomisili di wilayah Perumnas Palembang.

Adalah Ust. Muhamad Munawar, beliau adalah Ketua Bidang Hikmah sekaligus Ketua Koordinator Pembangunan Yayasan Akuis Pusat.

Pak Munawar panggilan akrab beliau, adalah sosok yang sangat berperan pada pembangunan-pembangunan di YAP, di tahun 2012/2013 alhamdulillah telah selesai pengerjaan proyek Mess Ulama’, sedangkan di tahun ini insya Allah akan terlaksana pembangunan Mess Putri. Namun tidak cukup sampai bangunan selesai saja, sebagai koordinator beliau sangat bertanggung jawab terhadap kekurangan atau kesalahan terhadap bangunan yang telah siap digunakan. Sebagai manusia biasa kalau ada kesalahan itu wajar, selagi tidak melanggar kaedah islam dan merusak wadah Islam, asalkan siap bertanggung jawab, mengakui kesalahan, kedepannya menjadi pelajaran dan semakin memperbaiki kerjaan yang akan dilaksanakan “ujar ust yang hobi bermain catur ini”.

Adapun proyek Mess Putri yang telah dikerjakan dilanjutkan dengan pembangunan Tarbiyatul Awaliyah (pendidikan dasar anak usia 7 - 12 tahun). Koordinator Pembangunan sangat menghimbau kepada seluruh jama’ah untuk turut ikut andil dengan mengerahkan harta dan diri. "Dengan cara berinfaq dan turut serta dalam acara gotong royong yang direncanakan untuk pengerjaan proyek Tarbiyatul Awaliyah yang ditargetkan rampung sebelum Ramadlan 1435 H ini, insya Allah selesai" ujar beliau disela-sela suasana gotong royong hari Ahad beberapa waktu yang lalu.


Selain menjadi koodinator pembangunan pak Munawar juga ditunjuk sebagai Ketua Bidang Hikmah. Tujuan terbentuknya Bidang Hikmah ini adalah sebagai proses pengawasan terhadap pelaksanaan tugas-tugas amanah yang diemban dalam perjalanan wadah yang menopang program Dakwah dan Pendidikan agar jangan sampai tergelincir ke arah dan langkah kafir dan munafik.

Inilah amanah yang diembang oleh beliau dalam perjalanan Yayasan Akuis pusat. tetapi dalam proses pelaksanaan amanah yang beliau emban tentu masih banyak kekurangan dan kekhilafan, atas dasar itulah beliau sangat mengharapkan dukungan dari jama’ah dengan melontarkan saran atau kritik guna memperbaiki kesalahan yang lalu agar tidak terulang dalam perjalanan ke depannya.

Ust. Muhamad Munawar juga sangat mendukung dengan adanya buletin el-Muqoffa ini, dengan adanya ini beliau berharap agar informasi-informasi seputar Yayasan dan dakwah dengan tulisan ini berjalan sampai insya Allah mendunia nanti.



profil :
Nama : Muhamad Munawar
TTL : Gunung Megang, 04-12-1952
Alamat : Jalan Rokan Raya, (ujung/tambak Lorong Kolam), RT 65, RW 09, Kel Lebung Gajah, Kec Sematang Borang. Palembang.
Pekerjaan : Pensiunan POLRI
Nama Istri : Maryani
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga


Senin, 09 Juni 2014

Pengajian di Cabang Kota Palembang



Bermula dari kajian yang di gelar di berbagai masjid di kota palembang yang menjadi binaan Yayasan Akuis Pusat hingga akhirnya para jama’ah kota palembang bermusyawarah dengan tujuan ingin membentuk wadah untuk berjama’ah yang mana pada proses awalnya mereka membentuk kepengurusan di kediaman ustad Munawar yang menjadi sekretariat sementara.
 Barulah Pada tanggal 30 Mei 2010 diresmikannya kepengurusan Yayasan Akuis Cabang Kota Palembang dengan diadakannya acara Serah Terima Surat Keputusan Pengangkatan Kepengurusan YAC Palembang yang diserahkan oleh Ketua YAP ustad Wahadi kepada ustad Sarwo Edi sebagai Ketua YAC Palembang.
 Kemudian setelah adanya wadah barulah para jama’ah saling bahu-membahu untuk membuat bangunan sebagai penopang dakwah dan berjama’ah. seiringnya waktu jama’ah telah membangun dan merenovasi bangunan yang menjadi masjid dan skretariat YAC Palembang
Alamat: Jl. Swadaya Raya, Lorong Pesantren, Rt.05 Rw.04, Kelurahan Srimulya, Kecamatan Sematang Borang, Palembang, Sumatera Selatan.

Amanah dan JanjiNya



Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh (Qs. Al Ahzab :72)

Tentang Amanah
Amanah dimaksud adalah Risalah Dinullah, yang merupakan amanat terbesar dan wajib dilaksanakan manusia baik secara suka ataupun tidak. Jika tidak dilaksanakan dengan penuh tanggung jawab, maka kedudukan manusia dalam pandangan Al Khaliq adalah zalim dan jahil.  Pengertian zalim dan jahil ini dapat kita rujuk kepada sebuah hadits Rosulullah Salallahu’alaihiwassalam, dengan derajat shahih menurut al Hakim yang diriwayatkan Imam Empat dari jalan Buraidah r.a.,  :
“Hakim (qodhi) terdiri dari tiga golongan. Dua golongan hakim masuk neraka dan segolongan hakim lagi masuk jannah. Yang masuk jannah ialah yang mengetahui kebenaran hukum dan mengadili dengan hukum tersebut. Bila seorang hakim mengetahui yang haq tapi tidak mengadili dengan hukum tersebut, bahkan bertindak zalim dalam memutuskan perkara, maka dia masuk neraka. Yang segolongan lagi hakim yang bodoh, yang tidak mengetahui yang haq dan memutuskan perkara berdasarkan kebodohannya, maka dia juga masuk neraka”.
Dari hadits ini dapatlah ditarik pemahaman secara luas bahwa yang dimaksud zalim adalah seseorang yang mengenal kebenaran dari Rabbnya, namun sengaja menyelisihinya, yang merupakan lawan dari kosakata adil : menempatkan sesuatu sesuai posisinya.
Sedangkan makna jahil adalah bodoh dalam perkara Addinul Islam- meskipun seorang cendikiawan, maka ia tidak mengenal kebenaran dan tidak berupaya mencari ilmu Islam sehingga secara pasti ia terjerumus dalam perbuatan sesat.
Maka manusia tidak bisa lari dari amanah yang telah diberikan Allah sebagai penciptanya selama mereka masih tinggal di kolong langit milikNya. Hanya satu jalan yang seharusnya ditempuh tiap manusia, yaitu berupaya mengenal Al haq dengan proses tadabbur (Qs.47:24), dan mengamalkannya dengan segenap kekuatan yang diberikan Allah padanya. Jika tidak demikian maka hanya dua macam alasannya : zalim atau jahil.
Dari ayat 72 Surah Al Ahzab, dikatakan Allah bahwa Amanat tersebut ditawarkan kepada Langit, Bumi, dan Gunung tapi mereka enggan maka diserahkanlah amanah tersebut kepada manusia. Ada baiknya kita melihat beberapa ayat lain yang menjelaskan beberapa alasan penyerahan amanah tersebut kepada manusia.
Makhluq selain manusia seperti langit, bumi, gunung, tumbuhan, hewan, bahkan seluruhnya termasuk atom – atom dan sinar kosmikpun telah melaksanakan tugas yang besar dari Allah yaitu menepati sunatullah (hokum alam) dalam rangka mengayomi manusia melaksanakan tugas selaku Khalifah Allah di muka bumi. Sunatullah bagi mereka dalam bahasa al Quran adalah tasbih, tahmid, sholat, dan sujud.
Tidaklah kamu perhatikan bahwasanya Allah: kepada-Nya bertasbih apa yang di langit dan di bumi dan (juga) burung dengan mengembangkan sayapnya. Masing-masing telah mengetahui (cara) sholat dan tasbihnya, dan Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (Qs. Annur : 41)
Langit yang tujuh, bumi dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada suatupun melainkan bertasbih dengan memuji-Nya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun (Qs. Al Isra’ : 44).
Apakah kamu tiada kamu perhatikan, bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, di bumi, matahari, bulan, bintang, gunung, pohon-pohonan, binatang-binatang yang melata dan sebagian besar daripada manusia? Dan banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya. Sesungguhnya Allah berbuat apa yang Dia kehendaki (Qs. Al Hajj : 18)
Tiadalah mungkin Allah memikulkan sebuah amanah kepada makhluqnya diluar batas kemampuan hambaNya. Maka manusia telah dilebihkan Allah dari makhluq – makhluq lainnya berupa kelengkapan pendengaran, pengamatan, hati, fuad (daya kemampuan fikir).
Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan fuad, agar kamu bersyukur (Qs. An Nahl : 78).
Disamping diberi kemampuan mendasar untuk tumbuh dan berkembang biak seperti hewan dan tumbuhan berupa nafsu. Namun perlu diwaspadai keberadaan nafsu ini agar tidak mengendalikan fikiran manusia, karena ia merupakan intuisi tempat bersarangnya bisikan iblis. Maka nafsu harus dalam pengendalian rahmat (wahyu) Allah. Karena nafsu sebenarnya pelayan bagi manusia bukan tuan bagi manusia.
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang (Qs. Yusuf : 53)
yang dila'nati Allah (syaitan) mengatakan: "Saya benar-benar akan mengambil dari hamba-hamba Engkau bahagian yang sudah ditentukan (: nafsu) (Qs. An Nisa : 118).
Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan seruan Rasul apabila Rasul menyeru kamu kepada suatu yang memberi kehidupan kepada kamu, ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia (nafsunya) dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kamu akan dikumpulkan (Qs. Al Anfal : 24).
Maka manusia yang mengabaikan amanah Risalah Dinullah memiliki derajat lebih rendah dari makhluq lainnya, bahkan dari seekor hewan ternak, karena hewanpun telah melaksanakan tugasnya sesuai kelengkapan instink dan nafsunya. Akibatnya manusia akan menerima sanksi hukuman Allah di dunia dan akhirat kelak.
Dan kalau Kami menghendaki, sesungguhnya Kami tinggikan (derajat)nya dengan ayat-ayat itu, tetapi dia cenderung kepada dunia dan menurutkan hawa nafsunya yang rendah, maka perumpamaannya seperti anjing jika kamu menghalaunya diulurkannya lidahnya dan jika kamu membiarkannya dia mengulurkan lidahnya (juga). Demikian itulah perumpamaan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat Kami. Maka ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir (Qs. Al ‘Arof : 176).
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka Jahannam) kebanyakan dari jin dan manusia, mereka mempunyai hati, tetapi tidak dipergunakannya untuk memahami (ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak dipergunakannya untuk melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi) tidak dipergunakannya untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai. (Qs. Al ‘Arof : 179)
Maka apakah kamu mengira, bahwa sesungguhnya Kami menciptakan kamu secara main-main (saja), dan bahwa kamu tidak akan dikembalikan kepada Kami? (Qs. Al Mukminun : 115).
Ciri Mukmin Bertanggung Jawab Tehadap Amanah
Telah Allah sebutkan dalam wahyuNya bahwa salah satu ciri mukmin adalah apabila dipikulkan amanah, maka ia bertanggung jawab untuk menjaga dan melaksanakannya,
Dan orang-orang yang terhadap amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya bertanggung-jawab (Qs. Al Mukminun : 8).
Lafadz  “roo’un”  dalam ayat di atas bermakna “bertanggung jawab”. Bahkan dijelaskan Rosulullah  dalam hadits muttafaqun ‘alaih bahwa : Setiap kamu adalah roo’in, dan kamu akan diminta pertanggung jawaban atas urusanmu”.
Tentang JanjiNya
“ Hai manusia, sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka sekali-kali janganlah kehidupan dunia memperdayakan kamu dan sekali-kali janganlah syaitan yang pandai menipu, memperdayakan kamu tentang Allah” (Qs. Fathir : 5)
Allah memiliki janji-janji yang pasti terwujud, baik di dunia ataupun di akhirat kelak. Salah satu janjiNya adalah akan tegaknya Daulah Islam secara kaffah di seluruh muka bumi yang dilalui peredaran malam dan siang di akhir zaman nanti, yang dipangkali dengan dibangkitkanNya al Mahdi,
Dialah yang telah mengutus RasulNya (dengan membawa) petunjuk (Al-Quran) dan agama yang benar untuk dimenangkanNya atas segala agama, walaupun orang-orang musyrikin tidak menyukai. (Qs. At Taubah : 33)
Dijelaskan pula melalui lisan Rosulullah,
“Pasti Allah akan jayakan Islam ini di setiap permukaan bumi yang dilalui malam dan siang. Maka Allah tidak akan melewatkan sedikitpun antara pelosok desa dan kota, kecuali Dia akan memasukkan Islam di sana. Dan Dia akan memuliakan mukminin disebabkan iman mereka dan Dia akan menghinakan kafirin karena keingkaran mereka” (HR. Ahmad dari Tsauban r.a, shahih)
Maka tinggallah kita selaku manusia yang akan mati dan pasti akan diminta pertanggung jawaban atas amanah Risalah Dinullah tersebut. Sejauh mana keyakinan dan upaya kita ikut andil sebagai penolong Dinullah? Atau justru kita termasuk golongan muqtasidah (moderat : hanya cari aman) seperti sikap Bani Israil terhadap Rosulullah Musa. Mungkin pula termasuk golongan musyrikin yang justru merintangi Islam? Nau’zubillah min dzalik.
Maka mengapa tidak ada dari umat-umat yang sebelum kamu orang-orang yang mempunyai keutamaan yang melarang daripada (mengerjakan) kerusakan di muka bumi, kecuali sebahagian kecil di antara orang-orang yang telah Kami selamatkan di antara mereka, dan orang-orang yang zalim hanya mementingkan kenikmatan yang mewah yang ada pada mereka, dan mereka adalah orang-orang yang berdosa (Qs. Hud : 116)
Hai orang-orang yang beriman, jadilah kamu penolong (Din) Allah sebagaimana Isa ibnu Maryam telah berkata kepada pengikut-pengikutnya yang setia: "Siapakah yang akan menjadi penolong-penolongku (untuk menegakkan Din) Allah?" Pengikut-pengikut yang setia itu berkata: "Kamilah penolong-penolong Dinullah", lalu segolongan dari Bani Israil beriman dan segolongan lain kafir; maka Kami berikan kekuatan kepada orang-orang yang beriman terhadap musuh-musuh mereka, lalu mereka menjadi orang-orang yang menang. (Qs. Asshaff :14).
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka. Mereka berperang pada jalan Allah; lalu mereka membunuh atau terbunuh. (Itu telah menjadi) janji yang benar dari Allah di dalam Taurat, Injil dan Al Quran. Dan siapakah yang lebih menepati janjinya (selain) daripada Allah? Maka bergembiralah dengan jual beli yang telah kamu lakukan itu, dan itulah kemenangan yang besar (Qs. At taubah : 111).
Katakanlah: "jika bapak-bapak, anak-anak, saudara-saudara, isteri-isteri, kaum keluargamu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan tempat tinggal yang kamu sukai, adalah lebih kamu cintai dari Allah dan Rasul-Nya dan dari berjihad di jalan-Nya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusan-Nya." Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik. (Qs. At taubah : 24).

Pengajian di Cabang Kota Prabumulih



        Sejak February 2007 telah dibuka Yayasan AKUIS Cabang Kota Prabumulih, yang diresmikan langsung dimasjid Jami' Nur arafah Prabumulih oleh Bapak Yuri Gagarin MM, yang saat itu sedang menjabat sebagai wali kota Prabumulih dan dihadiri juga oleh ustadz-ustadz dari akuis pusat Palembang.
Awal kajian diadakan di masjid Jami' Nur Arafah, masjid Al mukhlisin  kemudian berpindah dikediaman salah satu jama'ah yaitu Ust. M.Amin, dan berpindah lagi dimasjid milik salah satu jama'ah juga yaitu Ust.Sondi Senanduro dan hinggah saat ini Yayasan Akuis Cabang Prabumulih telah memiliki tempat khusus untuk melakukan rutinitas tadabur qur'an yaitu ditempat Ust.Marhodin Damiyat  yang berada dijalan M.yusuf wahid Perum Sukajadi kota Prabumulih.
Dalam perkembangannya Yayasan Akuis Cabang Prabumulih telah banyak melakukan sosialisasi diberbagai daerah yaitu, Desa Marga mulya, Desa Pagar agung, Desa Tanjung raman, Desa Tanjung telang, Desa Muara sungai, Desa Karang jaya dan di Kabupaten Muara Enim.
Di Yayasan Akuis Cabang Prabumulih juga telah menjalankan rutinitas Tadabbur Qur'an yang setiap ahad siang diadakan oleh muslimah baik dari kaum ibu-ibu dan remaja putri dan ahad malam diadakan oleh muslimin dari kaum bapak-bapak dan remaja putra yang diisi oleh Ust.Samsi Mawardi, dan kaji ulang kamus diadakan senin malam yang diisi oleh Ustadz-Ustadz dari Yayasan Akuis Cabang Prabumulih sendiri.
Setiap pekannya Yayasan Akuis Cabang Prabumulih tidak pernah lepas dari kegiatan tadabbur Qur'an yang banyak diadakan diberbagai Daerah-Daerah  tersebut, guna untuk mengajak umat islam mempelajari apa yang telah jadi kewajiban dan tujuan hidup mereka(QS;51;56).

Pengajian di Sekayu



Atas dasar Qur’an surah Ali-Imron ayat 104 yang memerintahkan kepada umat islam untuk membentuk suatu wadah dengan tujuan untuk beribadah dan menegakkan dinullah maka pada tahun 2007 terbentuklah majlis tadabbur Al-Qur’an di daerah transmigran yang mayoritas beras dari tanah sunda.
Kegiatan rutinitas tadabbur Al-qur’an di laksanakan di Masjid yang telah lama terbangun sebagai sarana ibadah di desa Sungai Medak. Pada hari sabtu dan ahad ba’da isya’ di selenggarakan tadabbur Al-Qur’an secara rutin, dibina oleh ketua majelis yaitu ustad Edi Driana dan pada ahad pekan kedua dan keempat dibina oleh ustad dari Yayasan Akuis Pusat Palembang yaitu ustad Noviandi dan ustad Eko Saputra. Pada hari kamis diadakan kajian Muslimah.
Majelis Tadabur sekayu juga tidak hanya menggelar tadabur Qur’an di satu masjid, akan tetapi ada masjid lain yang menjadi agenda tadabur di sekayu yaitu di Masjid Usman bin Affan kota sekayu yang dibina oleh ustad Aman Supratman.

Masjid eL Muqoffa di Sukamakmur



Masjid el-Muqoffa di Sukamakmur didirikan pada 7 maret 2007, berawal dari keinginan para jama’ah pengajian yang membutuhkan sebuah tempat yang khusus untuk bertadabbur Al-Qur’an dan berinteraksi antara sesama yang mana pada sebelumnya rutinitas pengajian di laksanakan di kediaman ust.Luqman. Maka seusai pengajian rutinitas yang dipimpin oleh ust.Luqman dan dibina oleh ust, eko dari Yayasan Akuis Pusat mereka berkumpul untuk bermusyawarah dan merencanakan pembangunan Masjid. Dari musyawarah tersebut, didapati beberapa keputusan, antara lain :
1. Lokasi Masjid satu bidang tanah waqaf dari Bpk. Darman.
2. Pendanaan, dari seluruh jama’ah sebesar Rp. 7.000.000,-
3. Pembangunan dilaksanakan secara bergotong-royong.

Setelah menjalani proses pembangunan sekian bulan akhirnya terbangunlah masjid berukuran 6m x 6m yang diberi nama Masjid el-Muqoffa dan diresmikan sebagai tempat untuk bertadabbur dan saling berinteraksi para jama’ah Sukamakmur.

Pembangunan Pondasi Masjid di Cabang Empat Lawang.




Cabang Yayasan AKUIS di Tebing Tinggi kini terus menggeliat ditambah dengan pembangunan masjid di bagian depan tanah komplek yayasan seluas sebelas hektar itu. Yayasan Cabang Pembangunan masjid yang direncanakan 2 lantai ini seluas 20x20 meter persegi sampai saat sekarang ini sedang menyelesaikan pondasi. Pondasi dibuat diatas kemiringan tanah yang cukup tinggi dari permukaan jalan raya menggunakan batu gunung (:batu bujang -bahasa tebing, red) mirip dengan pembuatan dam pinggir sungai. Bangunan masjid ini hanya akan terlihat lantai keduanya dari jalan raya.
       Dipertengahan Jumadil Awal/Maret yang lalu telah dilakukan penyungkuran tanah dengan mendatangakan alat berat. Namun menurut Robinson, pimpro pembangunan masih akan dilakukan satu kali lagi proses penyungkuran guna perataan tanah bangunan lantai pertama masjid.
       Sementara itu pembangunan Auditorium saat ini tengah mengerjakan persiapan kayu untuk plafon sebanyak krang lebih sepuluh kubik, dan panggung bagian depan seluas 10x3 meter dengan ketinggian 60 cm yang akan dilengkapi anak tangganya. Suatu saat nanti bentangan sepuluh meter panggung dengan anak tangga bertingkat ini cukup memadai untuk sesi foto bersama, ujar  Ketua Cabang Ustadz Zakaria.-